DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Februari 1943)
A. Struktur
Fisik
1. Diksi
(pemilihan kata)
Chairil Anwar dalam puisinya Diponegoro
menggunakan kata yang mudah dipahami, sebagai contoh: “tak gentar. Lawan
banyaknya seratus kali”.
2. Pengimajian
(imagery, pencitraan)
Pengimajian dapat dibedakan menjadi
imaji auditif, imaji visual dan imaji taktil.
Imaji yang digunakan adalah imaji taktil,
“dimasa pembangunan ini tuan hidup kembali” kalimat tersebut apabila dibaca
kapan saja akan relevan dan kita akan merasakan untuk ikut membangun peradaban
bangsa.
3. Kata
konkret
Jika imaji pembaca merupakan akibat dari
pengimajian yang diciptakan peyair, maka kata konkret ini merupakan syarat atau
sebab terjadinya pengimajian itu. Dengan kata lain diperkonkret, pembaca dapat
membayangkan secara jelas atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Untuk
membayangkan semangat Diponegoro chairil anwar menggunakan kata maju, serbu,
serang, terjang.
4. Bahasa
Figuratif (Majas)
Dalam puisi Diponegoro saya menemukan
majas perbandingan, hiperbola yaitu pada “Ini barisan tak
bergenderang-berpalu”. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai majas hiperbola
karena melebih-lebihkan barisan yang bergenderan-berpalu.
5. Versivikasi
a. Rima
Dengan pengulangan bunyi, puisi menjadi
merdu jika dibaca.
Pada bait pertama bunyi yang cukup dominan
adalah / i/
Di
masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
b. Ritma
Yaitu pemotongan frasa-frasa yang
diulang.
Pemotongan frasa-frasa dalam puisi
Diponegoro tiap baris.
Punah di atas menghamba/
Binasa di atas ditindas/
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai/
Jika hidup harus merasai/
6. Tata
Wajah
Diponegoro
merupakan puisi yang masuk dalam kategori konvensional sehinnga baris dan bait
yang digunakan masih seperti puisi sebagaimana umumnya, namun walaupun
konvensional Chairil Anwar tidak terpaku dengan aturan-aturan puisi pada
periode sebelumnya.
B. Struktur
Batin
1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang
dikemukakan oleh penyair. Tema yang saya tangkap setelah membaca puisi
Diponegoro adalah patriotisme atau kebangsaan, karena setelah membaca puisi
tersebut dapat menumbuhkan semangat pembaca.
2. Perasaan
Perasaan penyair yang satu dengan yagn
lain berbeda-beda, Chairil Anwar dalam puisinya Diponegoro mengagumi pahlawan itu dan bermaksud untuk memberi
nasehat kepada pembaca agar kepahlawanan Diponegoro menjadi apai pembangunan.
3. Nada
dan Suasana
Nada revolusioner dan semangat hendak
diungkapkan Chairil Anwar dan itu berhasil pada semua bait, terlebih pada bait
berikut:
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Serbu
Serang
Terjang
4. Amanat
(Pesan)
Dari tema patriotisme yang dikemukakan
Chairil Anwar yang dikutip didepan, kiranya dapat ditafsirkan amanat sebagai
berikut “Di masa pembangunan ini” hendaknya kita mencontoh sifat patriotic
beliau yang berjuang tanpa pamrih.
majas nya mana ka ?
BalasHapusASU
BalasHapusUSA
HapusGENING EWEHAN HEH ANU DI TUGAS KEUN KU PA MAMAN TUNDUH
BalasHapusMajasya kurang lengkap kaa..
BalasHapusMajasnya yang lain mana ya kk?
BalasHapusTerus peri bahasanya?
Majasnya yang lain mana ya kk?
BalasHapusTerus peri bahasanya?
majas nya manaa :'(
BalasHapusJawabane ra sesuai
BalasHapusMantap kak mkasih ya
BalasHapus