1. Kewajiban
manusia terhadap allah
a.
Mengerjakan
rukun Islam yang lima
b.
Menerima
ketentuan Allah dengan Ridha baik ketentuan yang bersifat kauni (Qadha&
Qadar) (2:156) atau ketentuan hukum-hukum/undang-undang (4:65)
c.
Ikhlas
Firman
Allah: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus. (QS. 98:5) Ayat lainnya: QS. 39:2-3
d.
Sabar
Firman
Allah: hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah
kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. 3:200)
e.
Selalu
merasakan bahwa Allah mengawasinya (Muraqabatullah)
Firman
Allah: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu ber'azam
(bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah
kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS.
2:235)
Ayat lainnya: QS. 33:52; 50:18
f.
Mencintai
Allah dan Rasul-Nya
Firman
Allah: Katakanlah:"Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih
daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik. (QS. 9:24)
g.
Waro’
h.
Mengharapkan
rahmat-Nya (Roja’)
Firman
Allah: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 2:218)
i.
Tawakal
Firman Allah: Mengapa kami tidak bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah
menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap
gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja
orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri" (QS. 14:12)
j.
Percaya
(yakin) akan pertolongan Allah
Firman
Allah: Musa menjawab:"Sekali-kali
tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku". (QS. 26:62)
k.
Selalu
menyertakan niat jihad dalam segala aktivitas perbuatan
l.
Sabda
Rasulullah SAW: “Tidak ada hijrah setelah pembebasan Mekah tetapi niat dan
jihad”
m.
Selalu
memperbaharui taubat dan istighfar
Firman
Allah: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. 3:185)
n.
Mempersiapkan
diri untuk hari akhirat dan selalu mengingat mati (QS. 3:185)
2. Kewajiban
manusi terhadap rosul
Beriman
kepada Rasulullah saw. merupakan salah satu konsekuensi dari pemahaman
bersyahadah: wa asyhadu ana muhammada ar-rasulallah, aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah rasul Allah. Dan, kesaksian kita itu akan jujur dan istiqamah
jika diwujudkan menjadi sikap.
a.
Membenarkan dan mengikuti apa yang dibawa oleh
Rasulullah saw.
Dan
orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah
orang-orang yang bertakwa. (Az-Zumar: 33)
Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali
Imran: 31)
Kawanmu
(Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan tiadalah yang diucapkannya
itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (An-Najm: 2-4)
b.
Taat kepada Rasulullah saw.
Katakanlah:
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir.” (Ali Imran: 32)
c.
Menjauhi apapun yang dilarang dan
tidak disukai Rasulullah saw.
d.
Beriman kepada Rasulullah saw.
Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa’: 136)
e.
Ketaatan kepada Rasulullah saw.
Barangsiapa
yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka. (An-Nisa’: 80)
f.
Mengikuti Rasulullah saw.
Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali
Imran: 31)
g.
Memahami bahwa Rasulullah saw.
adalah Nabi penutup
Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (Al-Ahzab: 40)
h.
Membela Rasulullah saw.
Sikap
cinta perlu dibuktikan dengan pembelaan kepada Rasulullah saw. Khususnya dari
pihak yang ingin mendiskreditkan, memfitnah Rasulullah saw. Pembelaan kepada beliau
berarti juga pembelaan kepada kebenaran dan keberlangsungan ajaran Islam. Allah
selalu membela Nabi, dengan menurunkan mukzijat, memberikan kemampuan berdebat,
bahkan dengan menurunkan para malaikat kepada beliau.
3. Kewjiban
kita terhadap pemimpin
Mentaatinya, berpendapat dan
menegurnya. dalil: Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”
(QS. An Nisaa: 59)
4. Kewjiban
kita terhadap tetangga
a.
Bersilaturahmi (Mengunjungi) Kerabat
Nabi saw. pernah berkata kepada Abu
Hurairoh ra:
"Hai Abu
Hurairoh, Berkunjunglah sewaktu-waktu, niscaya akan bertambah rasa cinta”
b.
Mengetahui Silsilah atau Nasab Kerabat
c.
Berbuat Baik Kepada Karib Kerabat
d.
Berlaku Adil Kepada Kerabat
5. Kewjiban
kita terhadap keluarga
a.
Ta’at kepada orang tua
Qs 17 (Al Israa’) : 23.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia[850].
b.
Berbakti kepada orang tua :
Qs 2 (Al Baqarah) : 83. Dan (ingatlah), ketika Kami
mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.
c.
Memberi nafkah kepada orang tua
:
Qs (Ar Ruum) : 38. Maka berikanlah kepada kerabat yang
terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan[1171]. Itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka
itulah orang-orang beruntung.
d.
Berdo’a untuk orang tua :
Qs 14 (Ibrahim) : 41. Ya Tuhan kami, beri ampunlah
aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab (hari kiamat).”
e.
Memelihara orang tua :
6. Kewjiban
kita terhadap diri sendiri
a.
Kewajiban
terhadap Jasmani
1.
Makan
dan minum yang halal dan baik ( halaalan thayyiban )secara secukupnya dan
teratur.
2.
Istirahat atau tidur secukupnya secara
teratur.
3.
Memelihara kebersihan dan kesehatan badan.
4.
Minum
obat atau berobat ketika sakit.
5.
Berpakaian dan menutup aurat secara benar.
6.
diri dari perbuatan yang dapat merusak atau
menyebabkan badan/jasmani menjadi sakit.
7.
Menggunakan anggota badan dan panca indra
secara benar sesuai ketentuan syariat Islam dan ridla Allah.
8.
Menghiasi diri dengan perilaku atau akhlak
yang mulia.
b.
Kewajiban
terhadap rohani :
1.
terhadap akal
-
Memenuhi kebutuhan akal berupa agama Islam dan ilmu-ilmu lain yang bermanfaat
serta dibenarkan menurut syariat Islam.
- Memelihara dan menggunakan akal secara
benar.
- Menggunakan akal untuk memikirkan atau
mentafakkuri kekuasaan Allah guna menambah keimanan
2.
Kewajiban tgerhadap hati nurani
-
Memelihara kebeningan hati nurani dengan senantiasa mengisi dan menyiraminya
dengan ilmui-ilmu agama Islam.
-
Memelihara kebeningan hati nurani dengan senantiasa mengikuti dan mengamalkan
ajaran Islam.
- Menghindarkan hati nurani dari bisikan setan
dan penyakit-penyakit hati, seperti : iri, dengki, dan riya.
3.
Kewajiban terhadap nafsu
-
Memaksimalkan potensi nafsu rubbubiyah atau ilahiyyah dalam diri kita, misalnya
keinginan untuk senanrtiasa beribadah
secara ikhlas, zuhud, tawadlu', dan sebagainya.
- Mengoptimalkan atau mengendalikan potensi
bafsu insaniyah, misalnya : makan, minum, dan istirahat secukupnya.
- Meminimalkan dan menghilangkan potensi nafsu
syaithaniyah misalnya : keinginan untuk dipuji, khianat, dan takabbur
Pengertian
qonaah dan hikmahnya bagi kehidupan
7. Qanaah
ialah menerima dengan cukup. Himahnya:
a.
Hati akan dipenuhi dengan keimanan
kepada Allah
b. Memperoleh kehidupan yang
baik
c.
Mampu merealisasikan syukur kepada Allah
d.
Memperoleh keberuntungan
8. Taubat
dan hikmahnya bagi kehidupan
Kembali dari kemaksiatan kepada
ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah keada jalan yang lebih
dekat kepada Allah.
Hikmah taubat:
a.
dirinya
jauh dan terhindar dari maksiat
b.
ia
merasakan hatinya selalu bergembira dan rasanya Allah begitu dekat dengannya
c.
dekat
dengan orang-orang yang sholeh dan jauh dari ahli maksiat
d.
ia
merasa puas mendapatkan segi dunia meski sedikit,sebaliknya ia merasa kurang
walaupun dia telah melakukan banyak amalan akhirat
e.
ia
menyibukkan hatinya dengan sesuatu yang diwajibkan Allah
f.
ia
menjaga lisannya,selalu tafakur,dan selalu menyesali dosa-dosa yang pernah
dikerjakan.
9.
Takabur
dan bahayanya
Takabur menurut bahasa artinya
sombong atau membanggakan diri. Sedangkan menurut istilah takabur adalah sikap
berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang paling hebat dan
benar dibandingkan dengan orang lain.
Bahaya takabur
a.
Jauh dari kebenaran. Firman Allah :
“ Aku akan memalingkan orang-orang
yang menyombongkan
dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku”
7:146
b.
Terkunci mati hatinya. Firman Allah
“Demikianlah Allah mengunci mati
hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” 40:35
c.
Mengalami kegagalan dan kebinasaan.
Firman Allah :
“..dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi
keras kepala” 14:35
d.
Tidak disukai Allah. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”
16: 23
e.
Tidak akan masuk sorga. Sabda Nabi :
f.
“Tidak akan masuk sorga orang yang
di hatinya ada sebiji sawi kesombongan” HR.
Muslim
g.
Akan menjadi penghuni neraka Jahannam.
“ Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku(berdoa) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina”
40: 60
10.
Hasud dan bahayanya
Kata hasud dalam bahasa Arab
berarti orang yang memilki sifat dengki. Dengki adalah satu sikap mental
seseorang tidak senang orang lain mendapat kenikmatan hidup dan berusaha untuk
melenyapkannya, sifat ini harus dihindari oleh seseorang dalam kehidupan
sehari-hari.
Bahaya hasud:
a. menyebabkan
hati tidak tenang karena selalu akan memikirkan bagaimana keadaan itu dapat
hilang dari seseorang.
b. Menghancurkan
persatuan dan kesatuan, karena biasanya orang yang hasud akan mengadu domba dan
suka menfitnah
c. Menghancurkan
kebaikan yang ada padanya. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Dari Abu Hurairah
katanya: Telah bersabda rasullah SAW : Hendaklah engkau menjauhkan diri dari
sifat hasud, sebab sifat hasud memakan kebaikan sebagaimana api membakar kayu
bakar.” (HR Abu Daud)