Profil Mas Den Bagus Prasetyo

Foto saya
Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia
Ngono yo ngono, tapi yo ojo ngono Ojo lali Follow Twitter ku ya @Adden_

Rabu, 30 Mei 2012

PARAFRASE “CINTA DI ATAS PERAHU CADIK” Karya Seno Gumira Ajidarma

Pagi yang cerah dengan deburan ombak yang berliuk-liuk bersama hembusan angin yang menggoyang-goyangkan perahu yang berjejeran di tepi laut. Hayati adalah seorang wanita yang mempunyai suami bernama Dullah. Pagi itu Hayati terlihat berlari tergesa-gesa sambil memanggil nama Sukab. Sukab pun meyuruh Hayati agar cepat menaiki perahu bersamanya. Dengan senang hati Hayati pun menuruti kata-kata Sukap tanpa memikirkan beban yang ada. Dengan cepat mesin perahu cadik itu membawa mereka pergi ke hamparan air yangberwarna biru itu.
Seorang nenek tua muncul dari balik pintu gubuksambil meneriakka nama Hayati. Namun, ombak sudah membawa mereka pergi jauh dan sudah tidak terlihat lagi. Seiring dengan suara nenek yang memanggil Hayati, tiba-tiba muncul seorang laki-laki dan menanyakan kemana  Hayati pergi. Dengan nada kesal nenek tersebut menyuruh laki-laki tersebut pergi menyusul Sukab dan Hayati. Tapi apa yang terjadi, lelaki yang tidak lain dan tidak bukan adalah suami hayati yang bernama Dullah itu malah merestui kepergian mereka. Tidak sadar suami Hayati mengatakan jika kepergian Hayati dan Sukab adalah wujud rasa cinta mereka yang dalam, maka Dulah akan menceraikan Hayati. Jika memang hal itu bisa membuat Hayati bahagia..
Angin begitu kencang, ombak begitu ganas, tapi perahu yang dinaiki Sukab dan Hayati tetap melaju kencang bersama cinta mereka yang begitu membara.
Hari sudah semakin gelap, tapi perahu Sukab dan Hayati belum juga ada tanda-tanda perahu mereka menepi. Karena hal itu, nenek lantas pergi ke gubuk-gubuk untuk menanyakan informasi mengenai Sukab dan Hayati. Tapi bukan jawaban pasti yang nenek dapatkan, justru jawaban mereka semakin membuat nenek tambah gelisah. .