Pagi yang cerah
dengan deburan ombak yang berliuk-liuk bersama hembusan angin yang
menggoyang-goyangkan perahu yang berjejeran di tepi laut. Hayati adalah seorang
wanita yang mempunyai suami bernama Dullah. Pagi itu Hayati terlihat berlari
tergesa-gesa sambil memanggil nama Sukab. Sukab pun meyuruh Hayati agar cepat
menaiki perahu bersamanya. Dengan senang hati Hayati pun menuruti kata-kata
Sukap tanpa memikirkan beban yang ada. Dengan cepat mesin perahu cadik itu
membawa mereka pergi ke hamparan air yangberwarna biru itu.
Seorang nenek
tua muncul dari balik pintu gubuksambil meneriakka nama Hayati. Namun, ombak
sudah membawa mereka pergi jauh dan sudah tidak terlihat lagi. Seiring dengan
suara nenek yang memanggil Hayati, tiba-tiba muncul seorang laki-laki dan
menanyakan kemana Hayati pergi. Dengan
nada kesal nenek tersebut menyuruh laki-laki tersebut pergi menyusul Sukab dan
Hayati. Tapi apa yang terjadi, lelaki yang tidak lain dan tidak bukan adalah
suami hayati yang bernama Dullah itu malah merestui kepergian mereka. Tidak
sadar suami Hayati mengatakan jika kepergian Hayati dan Sukab adalah wujud rasa
cinta mereka yang dalam, maka Dulah akan menceraikan Hayati. Jika memang hal
itu bisa membuat Hayati bahagia..
Angin begitu kencang, ombak begitu
ganas, tapi perahu yang dinaiki Sukab dan Hayati tetap melaju kencang bersama
cinta mereka yang begitu membara.
Hari sudah semakin
gelap, tapi perahu Sukab dan Hayati belum juga ada tanda-tanda perahu mereka
menepi. Karena hal itu, nenek lantas pergi ke gubuk-gubuk untuk menanyakan
informasi mengenai Sukab dan Hayati. Tapi bukan jawaban pasti yang nenek
dapatkan, justru jawaban mereka semakin membuat nenek tambah gelisah. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar